Poligami dalam Tinjauan Ayat, Asbabul Nuzul, dan Munasabahnya

Jasa Penulisan Makalah - Pernikahan merupan peristiwa yang agung dan sacral dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam al-Qur’an banyak ditemukan ayat yang menjelaskan tentang pernikahan dari berbagai aspeknya. Menjadi hal yang menarik jika pembahasan pernikahan ini lebih dihususkan pada aspek poligami, yaitu menikahi perempuan lebih dari satu orang.

Ketika memahami poligami perspektif konsep yang ditawarkan oleh al-Qur’an, maka tidak ada kata kunci yang pas untuk  bisa merepresentasikan permasalahn poligami. Hanya dalam beberapa kitab tafsir disebutkan dan mengkategorikan poligami pada bab ‘ta’adud al-zauja>t yang berarti “berbilangannya istri”. Sedangkan untuk membahas konsep pernikahan secara umum, sebagaimana disebut dalam s}afwah al-baya>n li ma’a>ni> al-Qur’an, ada sekitar 19 ayat al-Qur’an yang menjelaskan seluk beluk konsep pernikahan yang ditawarkan oleh islam. Sedangkan yang secara spesifik membahas tentang poligami, kami menemukan tiga ayat al-qur’an, yaitu pada surat al-Nisa>’ (4)  ayat 3, 23, dan 129. Rinciannya  sebagaimana berikut:

Poligami dalam Tinjauan Ayat, Asbabul Nuzul, dan Munasabahnya

1.    Al-Nisa>’ (4) ayat 3:

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلا تَعُولُوا
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Sebab Turunnya Ayat
Sebab turunnya ayat ini disebutkan dalam kitab al-jami’ al-s}ah}i>h} karangan Abi> ‘Abdillah Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>ri>, Juz 3,  Bab tafsir ayat an-Nisa>’, nomor  hadis 4573, yaitu:

حدثنا إبراهيم بن موسى أخبرنا هشام عن ابن جريج قال أخبرني هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة رضي الله عنها : أن رجلا كانت له يتيمة فنكحها وكان لها عذق وكان يمسكها عليه ولم يكن لها في نفسه شي فنزلت فيه { وإن خفتم أن لا تقسطوا في اليتامى } . أحسبه قال كانت شريكته في ذلك العذق وفي ماله

    Lalu pada nomor hadis 4574:
حدثنا عبد العزيز بن عبد الله حدثنا إبراهيم بن سعد عن صالح بن كيسان عن ابن شهاب قال أخبرني عروة بن الزبير أنه سأل عائشة عن قول الله تعالى { وإن خفتم أن لا تقسطوا في اليتامى } . فقالت يا ابن أختي هذه اليتيمة تكون في حجر وليها تشركه في ماله ويعجبه مالها وجمالها فيريد وليها أن يتزوجها بغير أن يقسط في صداقها فيعطيها مثل ما يعطيها غيره فنهوا عن أن ينكحوهن إلا أن يقسطوا لهن ويبلغوا لهن أعلى سنتهن في الصداق فأمروا أن ينكحوا ما طاب لهم من النساء سواهن . قال عروة قال عائشة وإن الناس استفتوا رسول الله صلى الله عليه و سلم بعد هذه الآية فأنزل الله { ويستفتونك في النساء } . قالت عائشة وقول الله تعالى في آية أخرى { وترغبون أن تنكحوهن } . رغبة أحدكم عن يتيمته حين تكون قليلة المال والجمال قالت فنهوا - أن ينكحوا - عمن رغبوا في ماله وجماله في يتامى النساء إلا بالقسط من أجل رغبتهم عنهن إذا كن قليلات المال والجمال 

Dalam hadis ini dijelaskan bahwa sebab turunnya surat al-Nisa>’ ayat 3 ini mengenai anak perempuan yatim yang berada di bawah asuhan walinya. Hingga suatu saat sang wali tersebut terpikat dengan kecantikan dan kekayaan anak yatim tersebut, lalu berencana untuk menikahinya tanpa berlaku adil terhadap anak yatim tersebut. Lalu turunlah ayat surat al-Nisa>’ ayat 3. Baca juga: Pluralisme Agama.
 
Munasabah Ayat
Ayat ini masih berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, yaitu al-nisa>’ ayat 2, yang menejelaskan tentang kewajiban memberikan harta anak yatim jika dia sudah dewasa dan larangan memakan atau menggunakan hartanya dengan cara yang tidak sah. Pada ayat 3 ini lalu dijelaskan secara spesifik bahwa jika seorang wali merasa tidak mampu berbuat adil andaikan dia menikahi anak yatim yang berada dibawah asuhannya, maka lebih baik dia menikahi wanita lain selain anak yatim tersebut.

Muh}ammad ‘Ali al-S}a>bu>ni> menjelaskan bahwa letak munasabah dalam penyebutan anak  yaitm dan menikahi perempuan adalah bahwa kedua-duanya sama-sama dalam keadaan lemah, dan juga karena keduanya berada dibawah lindungan walinya. Oleh karena itu Allah melarang menikahi keduanya jika tidak bias berlaku adil.
   
2.    Al-Nisa>’ (4) ayat 129:

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (١٢٩)
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sebab Turun Ayat:
وأخرج ابن أبي شيبة وعبد بن حميد وابن جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم عن ابن أبي مليكة قال : نزلت هذه الآية ولن تستطيعوا أن تعدلوا بين النساء في عائشة يعني أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يحبها أكثر من غيرها
 وأخرج ابن أبي شيبة وأحمد وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه وابن المنذر عن عائشة قالت : " كان النبي صلى الله عليه و سلم يقسم بين نسائه فيعدل ثم يقول : اللهم هذا قسمي فيما أملك فلا تلمني فيما تملك ولا أملك "
 
Sebab turunnya ayat ini memaparkan dan berkaitan erat dengan kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, khususnya rasa cinta beliau kepada Sayyidah ‘Aisyah yang begitu besar melebihi rasa cinta beliau kepada istri-istri lainnya. Oleh Karenanya ayat ini mengaskan bahwa seorang suami tidak bias berbuat adil kepada istri-istrinya.

Munasabah Ayat
Sepintas ayat ini seakan-akan bertentangan dengan surat al-Nisa>’ ayat 3 yang menjelaskan bahwa boleh berpoligami jika bisa berlaku adil. Sedangkan ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa para suami tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya.

Kalau kita melihat sebab turunnya, ayat ini menjelaskan tentang kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, khususnya kecintaan beliau yang sangat besar kepada Sayyidah Khadijah melebihi rasa cinta beliau kepada istri-istri yang lain.

Sayyid Sa>biq menjelaskan bahwa yang dimaksud perilaku adil yang dituntut dalam ayat ini adalah hal-hal yang sifatnya z}a>hiriyah dan mampu untuk dilakukan. Sedangkan perilaku adil yang dinegasikan dalam ayat ini adalah dalam masalah cinta, rasa sayang, dan hubungan seksual.

3.    Al-Nisa>’ (4) ayat 23:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (٢٣)
Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sebab Turunnya Ayat:
أخرج عبد الرزاق في المصنف وابن جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم عن عطاء في قوله { حلائل أبنائكم } قال : كنا نتحدث أن محمداً صلى الله عليه وسلم لما نكح امرأة زيد قال المشركون بمكة في ذلك ، فأنزل الله { وحلائل أبنائكم الذين من أصلابكم } ونزلت { وما جعل أدعياءكم أبناءكم } [ الأحزاب : 4 ] ونزلت { ما كان محمد أبا أحد من رجالكم } [ الأحزاب : 40 ] .
وأخرج ابن المنذر من وجه آخر عن ابن جريج قال : لما نكح النبي صلى الله عليه وسلم امرأة زيد قالت قريش : نكح امرأة ابنه فنزلت { وحلائل أبنائكم الذين من أصلابكم }
 
Sebab turunnya ayat ini berkenaan dengan penghapusan hubungan antara anak angkat dan ayah angkatnya termasuk juga dalam hal pernikahan. Ayat ini secara umum menjelaskan tentang wanita-wanita yang haram dinikahi (mahram).
 
Munasabah Ayat
Ayat ini secara umum menjelaskan tentang wanita-wanita yang tidak boleh dinikahi. Sedangkan secara khusus ayat ini menjadi takhs}i>s bagi surat al-Nisa>> ayat 3 yang menjelaskan tentang kebolehan melakukan poligami kepada siapaun. Dalam istilah us}ul fiqh, takhs}i>>s ini disebut al-Mukhas}s}is al-Munfas}il yaitu yang berdiri sendiri dari lafaz} ‘a>m-nya.

Jika pada surat al-Nisa> dijelaskan kebolehan poligami kepada siapapun, maka ayat ini mengkhususkan bahwa tidak boleh berpoligami dengan cara menikahi dua orang yang bersaudara sekaligus.

B.    Makna Ayat فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ
Ada banyak pendapat tentang hukum poligami berdasar tafsir pada ayat (فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ), yaitu:
  1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa lafaz} perintah pada ayat فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ adalah iba>hah yaitu pembolehan saja, seperti lafaz} perintah pada ayat “ wa kulu> wasyrabu>”. Oleh karena itu hukumnya boleh. 
  2. Za>hiriyah berpendapat bahwa nikah itu hukumnya wajib karena lafaz} perintah tersebut secara z}a>hir menunjukkan kewajiban.
  3. Menurut imam al-Fakhr, bahwa nikah yang diisyaratkan dalam ayat ini lebiuh baik ditinggalkan dari pada melakukannya. Beliau menjelaskan bahwa nikah tersebut bukanlah hal yang sunnah atau wajib.
C.    Batasan-Batasan dalam Poligami
 
Ayat-ayat poligami di atas memberi isyarat bahwa poligami tidak diisyaratkan secara mutlak. Al-Qur’an memberi batasan yang sangat jelas tentanng batasan-batasan melakukan poligami yaitu:
 
1.    Maksimal perempuan yang boleh dinikahi hanya 4
Pembatasan kepada empat orang istri ini secara tegas disebutkan dalam surat al-Nisa> ayat 3 dengan redaksi (مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ).  Dalam s}ah}ih} bukha>ri>, bab لاَ يَتَزَوَّجُ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعٍ disebutkan:

لِقَوْلِهِ تَعَالَى ( مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ ) . وَقَالَ عَلِىُّ بْنُ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ يَعْنِى مَثْنَى أَوْ ثُلاَثَ أَوْ رُبَاعَ . وَقَوْلُهُ جَلَّ ذِكْرُهُ ( أُولِى أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ ) يَعْنِى مَثْنَى أَوْ ثُلاَثَ أَوْ رُبَاعَ .
 
Jadi yang dimaksud huruf at}af (وَ) pada ayat ini bermakna (أَوْ), yaitu bersifat pilihan. Dalam hadis juga ditegaskan bahwa batasan berpoligami hanya empat orang istri. Hadis Nabi:

أخرج الشافعي وابن أبي شيبة وأحمد والترمذي وابن ماجة والنحاس في ناسخه والدارقطني والبيهقي عن ابن عمر . أن غيلان بن سلمة الثقفي أسلم وتحته عشر نسوة فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : « اختر منهن » - وفي لفظ - « أمسك أربعا وفارق سائرهن » .
 
2.    Harus bisa berlaku adil
Al-bukha>ri> dalam al-ja>mi’ al-s}a>h}i>h} menjelaskan bahwa yang dimaksud adil adalah persamaan dan keseimbangan yang pantas diberikan kepada masing-masing istri. Oleh karena itu, jika suami sudah berlaku adil dalam pembagian nafkah dan urusan rumah tangga lainnya, maka bukan menjadi masalah jika suami tidak bisa berlaku adil dalam urusan hati dan cinta.
Dalam hadis Abu Daud, juz 1 bab فِى الْقَسْمِ بَيْنَ النِّسَاءِ., nomor 2130 dijelaskan bagaiman Nabi Muhammad berlaku adil kepada para istrinya. Hadis nabi:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ - يَعْنِى ابْنَ أَبِى الزِّنَادِ - عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا ابْنَ أُخْتِى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يُفَضِّلُ بَعْضَنَا عَلَى بَعْضٍ فِى الْقَسْمِ مِنْ مُكْثِهِ عِنْدَنَا وَكَانَ قَلَّ يَوْمٌ إِلاَّ وَهُوَ يَطُوفُ عَلَيْنَا جَمِيعًا فَيَدْنُو مِنْ كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ حَتَّى يَبْلُغَ إِلَى الَّتِى هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيتُ عِنْدَهَا وَلْقَدْ قَالَتْ سَوْدَةُ بِنْتُ زَمْعَةَ حِينَ أَسَنَّتْ وَفَرِقَتْ أَنْ يُفَارِقَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ يَوْمِى لِعَائِشَةَ. فَقَبِلَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْهَا قَالَتْ نَقُولُ فِى ذَلِكَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى وَفِى أَشْبَاهِهَا أُرَاهُ قَالَ (وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا ).
 
Lalu pada hadis lain, Nabi Muhammad memberi ancaman yang sangat jelas kepada suami yang tidak berlaku adil kepada dua istrinya. Dalam hadis Abu Daud, juz 1 bab فِى الْقَسْمِ بَيْنَ النِّسَاءِ., nomor hadis 2133 :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِىُّ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنِ النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ بَشِيرِ بْنِ نَهِيكٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ ».
 
Setiap Negara menetapkan aturan sendiri untuk mengembangkan syarat adil dalam bentuk mempersempit terjadinya poligami dengan syarat yang lebih berat, seperti kemampuan membelanjai semua istri-istrinya yang dibuktikan dengan bukti penghasilannya dalam setahun atau sebulan umpamanya.

3.    Tidak boleh berpoligami kepada dua orang yang bersaudara sekaligus
Larangan ini ditegaskan Allah dalam surat al-Nisa> ayat 23 (وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ). Jadi boleh berpoligami asalkan tidak menikahi dua orang yang bersaudara sekaligus.

Dalam hadis al-Bukha>ri>, juz 3 bab وأن تجمعوا بين الأختين إلا ما قد سلف , nomor 5107:
# حدثنا عبد الله بن يوسف حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب أن عروة عن الزبير أخبره أن زينب بنت أبي سلمة أخبرته  : أن أم حبيبة قالت قلت يا رسول الله انكح أختي بنت أبي سفيان قال ( وتحبين ) . قلت نعم لست لك بمخلية وأحب من شاركني في خير أختي فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( إن ذلك لا يحل لي ) . قلت يا رسول الله فوالله أنا لنتحدث أنك تريد أن تنكح درة بنت أبي سلمة قال ( بنت أم سلمة ) . فقلت نعم قال ( فوالله لو لم تكن في حجري ما حلت لي أنها لابنة أخي من الرضاعة أرضعتني وأبا سلمة ثويبة فلا تعرضن علي بناتكن ولا أخواتكن )

4.    Tidak boleh berpoligami kepada dua orang yang mempunyai hubungan keponakan dan bibi sekaligus.
Masih berkaitan dengan kebolehan berpoligami, dalam hadis Nabi disebutkan bahwa tidak boleh berpoligami dengan menikahi dua orang yang mempunyai hubungan keponakan dan bibi sekaligus, baik bibi dari jalur ayah ataupun jalur ibu.

Dalam hadis al-Bukha>ri>, juz 3 bab لاتنكح المرأة على عمتها, nomor 5108:
حدثنا عبدان أخبرنا عبد الله أخبرنا عاصم عن الشعبي : سمع جابرا رضي الله عنه قال نهى رسول الله صلى الله عليه و سلم أن تنكح المرأة على عمتها أو خالتها  وقال داود وابن عون عن الشعبي عن أبي هريرة 
 
D.    HIKMAH-HIKMAH POLIGAMI DALAM ISLAM
 
Islam membolehkan umatnya berpoligami bukanlah tanpa alasan atau tujuan tertentu. Keharusan berpoligami ini mempunyai hikmah-hikmah untuk kepentingan serta kesejahteraan umat Islam itu sendiri. Di antaranya ialah;
  1. Bahawa wanita itu mempunyai tiga halangan iaitu haid, nifas dan keadaan yang belum betul-betul sihat selepas melahirkan. Jadi, dalam keadaan begini, Islam mengharuskan berpoligami sampai empat orang isteri dengan tujuan kalau tiap-tiap isteri ada yang haid, ada yang nifas dan ada pula yang masih sakit sehabis nifas, maka masih ada satu lagi yang bebas. Dengan demikian dapatlah menyelamatkan suami daripada terjerumus ke jurang perzinaan pada saat-saat isteri berhalangan. 
  2. Untuk mendapatkan keturunan kerana isteri mandul tidak dapat melahirkan anak. Atau kerana isteri sudah terlalu tua dan sudah putus haidnya. Dalam pemilihan bakal isteri, Islam menyukai wanita yang dapat melahirkan keturunan daripada yang mandul, walaupun sifat-sifat jasmaniahnya lebih menarik. Ini dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya yang bermaksud, "Perempuan hitam yang mempunyai benih lebih baik dari wanita-wanita cantik yang mandul." 
  3. Bahawa kaum lelaki itu mempunyai daya kemampuan seks yang berbeza-beza. Andaikan suami mempunyai daya seks yang luar biasa, sedangkan isteri tidak dapat mengimbanginya atau sakit dan masa haidnya terlalu lama, maka poligami adalah langkah terbaik untuk memelihara serta menyelamatkan suami dari jatuh ke lembah perzinaan. 
  4. Dengan poligami diharapkan agar dapat terhindar dari terjadinya perceraian kerana isteri mandul, sakit atau sudah terlalu tua. 
  5. Akibat peperangan yang biasanya melibatkan kaum lelaki, maka jumlah wanita akan lebih banyak baik mereka itu masih gadis mahupun janda.Dengan adanya poligami diharapkan janda-janda akibat peperangan itu dapat diselamatkan serta diberi perlindungan yang sempurna. Begitu juga untuk menghindari banyaknya jumlah gadis-gadis tua yang tidak dapat merasakan hidup berumahtangga dan berkeluarga. 
  6. Kerana banyaknya kaum telaki yang berhijrah pergi merantau untuk mencari rezeki. Di perantauan, mereka mungkin kesepian baik ketika sihat mahu pun sakit. Maka dalam saat-saat begini lebih baik berpoligami daripada si suami mengadakan hubungan secara tidak sah dengan wanita lain. 
  7. Untuk memberi perlindungan dan penghormatan kepada kaum wanita dari keganasan serta kebuasan nafsu kaum lelaki yang tidak dapat menahannya. Andaikan poligami tidak diperbolehkan, kaum lelaki akan menggunakan wanita sebagai alat untuk kesenangannya semata-mata tanpa dibebani satu tanggungjawab. Akibatnya kaum wanita akan menjadi simpanan atau pelacur yang tidak dilayan sebagai isteri serta tidak pula mendapatkan hak perlindungan untuk dirinya. 
  8. Untuk menghindari kelahiran anak-anak yang tidak sah agar keturunan masyarakat terpelihara dan tidak disia-siakan kehidupannya. Dengan demikian dapat pula menjamin sifat kemuliaan umat Islam. Anak luar nikah mempunyai hukum yang berbeza dari anak yang dari pernikahan yang sah. Jika gejala ini dibiarkan berleluasa dan tidak ditangani dengan hati-hati ia akan bakal menghancurkan umat Islam dan merosakkan fungsi pernikahan itu sendiri. Artikel lain yang mungkin menarik bagi Anda: Eutanasia menurut alqur'an dan hadits.
BAB III
POLIANDRI
Poliandri lebih spesifik kepada pernikahan seorang perempuan dengan banyak laki-laki. Tidak ada kata kunci yang pas yang merepresentasikan kata poliandri ini. Akan tetapi ada satu ayat yang menyinggung tentang laranganm berpoliandri yaitu surat al-Nisa> ayat 24:

وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَرِيضَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (٢٤)
Artinya: Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian[283] (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu[284]. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
 
Sebab Turunnya Ayat:
Dalam kitab S}a>h}i>h} Sunan al-Tirmi>zi>, bab tafsir al-Qur’an surat al-Nisa’, nomor hadis 3017 disebutkan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ الْبَتِّىُّ عَنْ أَبِى الْخَلِيلِ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ أَصَبْنَا سَبَايَا يَوْمَ أَوْطَاسٍ لَهُنَّ أَزْوَاجٌ فِى قَوْمِهِنَّ فَذَكَرُوا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- فَنَزَلَتْ (وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ). قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. وَهَكَذَا رَوَى الثَّوْرِىُّ عَنْ عُثْمَانَ الْبَتِّىِّ عَنْ أَبِى الْخَلِيلِ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ عَنِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- نَحْوَهُ وَلَيْسَ فِى هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ أَبِى عَلْقَمَةَ وَلاَ أَعْلَمُ أَنَّ أَحَدًا ذَكَرَ أَبَا عَلْقَمَةَ فِى هَذَا الْحَدِيثِ إِلاَّ مَا ذَكَرَ هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ وَأَبُو الْخَلِيلِ اسْمُهُ صَالِحُ بْنُ أَبِى مَرْيَمَ.
 
Sebab turunnya ayat ini tentang suatu kaum yang mempunyai beberapa istri. Lalu ayat ini turun menjelaskan batasan-batasan istri yang boleh dan dilarang untuk dinikahi.
 
Muna>sabah Ayat
Ayat ini sangat berkaitan erat dengan ayat sebelumnya yaitu surat al-Nisa> ayat 23 yang menjelaskan tentang perempuan-perempuan yang haram dinikahi yaitu: ibu, anak, saudara kandung dan lainnya. Lalu pada ayat ini dijelaskan tentang salah satu perempuan yang haram dinikahi, yaitu perempuan-perempuan yang sudah mempunyai suami. Oleh karena itu seorang istri dilarang menikah dengan laki-laki lainnya jika statusnya masih menjadi istri sah suaminya. Dari sinilah disimpulkan tentang larangna poliandri.
 
Hadis Yang Terkait
Ayat di atas menjelaskan secara tersirat bahwa poliandri dilarang oleh agama. Inilah yang disebut dalam us}u>l fiqh sebagai isya>rah al-nas}.  Dalam ayat di atas memang tidak dijelaskan secara tersurat akan larangan poliandri sebagaimana dalam redaksi ayat (وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ). Ayat ini hanya menjelaskan bahwa dilarang menikahi istri yang mempunyai suami sah. Akan tetapi secara tersirat ayat ini mengisyarahkan bahwa poliandri dilarang
Dalam hadis Nabi disebutkan:

وحدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا ليث ح وحدثنا ابن رمح أخبرنا الليث عن نافع عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : لا يبع بعضكم على بيع بعض ولا يخطب بعضكم على خطبة بعض
Hadis ini memang secara tersurat menjelaskan tentang larangan poliandri. Hadis ini menjelaskan bahwa seorang laki-laki tidak boleh meminang perempuan yang sudah dalam pinangan orang lain. Maka disimpulkan, jika meminang perempuan yang sudah dalam pinangan saja tidak boleh, maka menikahi perempuan yang sudah mempunyai suami hukumnya jelas dilarang

0 Response to "Poligami dalam Tinjauan Ayat, Asbabul Nuzul, dan Munasabahnya"

Post a Comment