Jasa Penulisan Makalah - Apakah komunikasi massa mempunyai pengaruh atau efek? Jika ada, bagaimana efek komunikasi massaa yang terjadi pada diri audience? Jenis efek seperti apa yang ditimbulkan oleh komunikasi massa? Dari beberapa pertanyaan tersebut diatas menunjukkan bahwa komunikasi massa itu mempunyai efek, tidak perlu dibantah, tetapi kalau kita membahas jenis efek seperti apa yang ditimbulkan dari komunikasi massa, dibutuhkan pembahasan yang lebih dalam. Masalahnya, efek berkaitan erat dengan sejarah kemunculan media massa (yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan). Di samping itu, ada banyak variasi efek yang dikemukakan oleh para ahli.
Ada kepercayaan yang hampir pasti bahwa media massa merupakan alat yang kuat dalam membentuk opini serta efek dalam perilaku. Pada saat bersamaan, terdapat kesulitan dalam memprediksi efek, mendesain efek, atau membuktikan bahwa efek terjadi setelah suatu kejadian. Meskipun terdapat kesulitan ini, pengetahuan tentang proses terkait telah meningkat perlahan-lahan dan kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengatakan kapan dan efek mana yang kurang lebih berpegaruh.
JENIS-JENIS EFEK
Efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi kedua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).
1. Efek Primer
Untuk memperjelas tentang adanya efek primer dalam sebuah komunikasi, maka akan semakin mudah jika dengan sebuah kasus berikut ini. Misalnya, suatu saat Anda menelepon teman Anda untuk mengajak bermain bulutangkis pada hari Jum’at sore. “Efek” pertama terjadi jika ada jawaban teman Anda lewat telepon, misalnya dengan suara “halo”. Kemudian, Anda harus yakin bahwa teman Anda tersebut mendengar suara Anda dengan jelas. Lalu Anda harus menyampaikan permintaan Anda agar dia dapat mengerti maksud Anda. Dan akhirnya, Anda menginginkan jawaban seperti ini, “Wah dengan senang hati” dari teman tadi. Hasi dari tiga poin yang pertama adalah efek primer, sedangkan yang terakhir adalah efek sekunder komunikasi. Bahkan ketika teman Anda menjawab, “Maaf, saya sangat sibuk hari ini” pun merupakan efek. Jawaban itu bisa dimasukkan dalam efek sekunder. Mengapa? Sebab, dalam kasus itu ada perubahan perilaku (memilih untuk tidak mengikuti permintaan Anda).
Ketika sebuah pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya, kadang masih sulit untuk dimengerti. Sebagaimana komunikator antarpesona, biasanya ia langsung mengetahuii bahwa pesannya tidak bisa dimengerti. Akan tetapi, di dalam komunikasi massa sering kali komunikator tidak mengetahui apakah pesannya bisa dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam komunikasi massa itu sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah pesan yang disiarkan bisa dipahami, apalagi audience-nya menyebar atau tidak mengumpul atau heterogen.
Jadi, terpaan media massa yang mengenai audience menjadi salah satu bentuk efek primer. Akan lebih bagus lagi jika audience tersebut memerhatikan pesan-pesan media massa. Sama seperti kita yang memerhatikan orang yang sedang berbicara, ketika kita memerhatikan, berarti ada efek primer yang terjadi pada diri kita. Ketika di radio diberitakan tentang kecelakaan beruntun di jalan tol dan kita tertarik untuk mendengarkannya, efek primer juga melekat pada diri kita. Bahkan jika kita memahami apa yang disiarkan media massa itu sama saja semakin kuat efek primer terjadi.
2. Efek Sekunder
Persoalanya kemudian adalah apakah hasil yang terjadi dari sebuah proses komunikasi? Jika pengaruh primer terjadi (misalnya dari terpaan, perhatian, dan pemahaman), apa konsekuensinya? Apakah orang lain bisa “dipengaruhi” untuk mengubah pikirannya sesuai dengan apa yang sedang kita lakukan dan anjurkan?
Sebenarnya, ada banyak efek yang ditimbulkan oleh saluran komunikasi massa tetapi dalam efek sekunder kita akan mencoba membahas efek kegunaan dan kepuasan tersebut. Di samping itu, efek ini diyakini lebih menggambarkan realita konkret yang terjadi di masyarakat. Jadi, uses and gratifications merupakan salah satu bentuk efek sekunder.
Akhir-akhir ini, salah satu cara yang paling populer untuk melihat pengaruh komunikasi adalah dengan memakai efek “kegunaan dan kepuasan”. Mengikuti pendapat Swanson (1979) ide dasar yang melatarbelakangi efek ini adalah bahwa “audience” aktif di dalam memanfaatkan media massa. Individu tidak secara spontan dan otomatis merespons pesan-pesan media massa seperti yang dikemukakan dalam efek peluru atau jarum hipodermik (audience dianggap pasif). Dengan kata lain, individu menggunakan isi media tersebut untuk memenuhi tujuan mereka di dalam usaha menikmati media massa. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan individu masing-masing. Jika kebutuhan sudah terpenuhi melalui saluran komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat “kepuasan”.
Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media memengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya. Faktor interaksi yang terjadi antara individu akan ikut memengaruhi pesan yang diterima. Ini jelas bertolak belakang dengan dengan asumsi efek peluru atau jarum hipodermik. Semua itu bisa dibingkai dengan pertanyaan tidak saja, “Apa yang dikerjakan media pada audience?, tetapi yang lebih penting adalah “Apa yang dikerjakan audience pada media?”. Baca juga: Ekonomi Media.
TEORI-TEORI EFEK
Penelitian empirik efek komunikasi massa mempunyai sejarah yang relatif cukup singkat. Sejarahnya dimulai pada tahun 1930-an dengan munculnya motion picture (gambar bergerak). Sampai saat ini, taksiran rentang waktu efek komunikasi massa beragam versi. Namun yang jelas, paling tidak dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas (unlimited effect), diikuti efek terbatas (limited effect), kemudian efek moderat (gabungan keduanya/not so limited effect). Jika dirinci rentang waktunya sebagai berikut.
1930-1950 efek tak terbatas (unlimited effect)
1950-1970 efek terbatas (limited effect)
1970-1980-an efek moderat (not-so limited effect)
Dugaan adanya efek komunikasi massa sebenarnya juga beragam, tetapi paling tidak, ada sejumlah alasan yang melatarbelakanginya, yaitu:
- Jenis efek yang dipelajari telah berubah;
- Metode pelajaran yang telah berubah;
- Kondisi yang telah berubah.
1. Efek Tidak Terbatas (1930-1950)
Apakah “efek tidak terbatas” berarti nyata-nyata tidak terbatas? Tidak juga. Efek tidak terbatas ini sebelumnya hanya digunakan untuk membagi rentang waktu efek komunikasi massa yang populer pada tahun 30-an sampai 50-an. Efek yang dijadikan bahan perbincangan mengenai komunikasi massa mengatakan bahwa media massa mempunyai efek yang besar ketika menerpa audience. Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle). Jadi, media massa diibaratkan peluru. Jika peluru ditembakkan ke sasaran, sasaran tidak akan bisa menghindar. Analogi ini menunjukkan bahwa peluru mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam usaha “memengaruhi” sasaran. Menurut asumsi ini, media massa mempunyai kekuatan luar biasa (all power). Hal inilah yang mendasari bahwa media massa mempunyai efek tidak terbatas. Efek ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan
- Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.
2. Efek Terbatas (1956-1970)
Berbeda dengan asal usul “efek tidak terbatas” yang meragukan, sumber model efek terbatas (limited effect) sangat terkenal. Efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper. Ia pernah menulis disertasi tentang efek terbatas media massa yang dipublikasikannya dengan judul “Pengaruh Media Massa” pada tahun 1960. Klaper menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik, dan percobaan pada desain pesaan yang bersifat persuasif. Dalam pandangan Klaper, hasil semua penelitian ini bisa dikemukakan dalam satu kesimpulan sebagai berikut: “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience”.
Joseph Klaper dalam buku The Effect of Mass Communication (1960) menunjukkan temuan yang menarik, bahwa faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massaa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok, dan keberadaan pemimpin opini.
3. Efek Moderat 1970-1980-an)
Pendapat terakhir aktual tentang efek komunikasi massa adalah “efek moderat”. Dua efek sebelumnya dianggap terlalu berat sebelah. Meskipun diakui bahwaa munculnya kedua efek itu karena tuntutan jamannya. Ketika jaman terus berubah dan peran komunikasi massa sedemikian berkembang pesat dibarengi dengan oleh peningkatan pendidikan masyarakat, efek komunikasi massa pun ikut berubah pula. Kita tidak perlu menganggap bahwa pendapat Klaper sudah ketinggalan jaman dan tidak perlu dipakai lagi. Pendapat itu tidak salah jika kita memandangnya dari “kaca mata” kehidupan modern saat ini. Akan tetapi, tanpa ada Klaper, efek terbatas da efek moderat tidak akan muncul. Di sinilah sebenarnya sumbangan penting Klaper bagi pengembangan efek komunikasi massa saat ini sangat terasa.
Model efek moderat ini sebenarnya mempunyai implikasi positif bagi pegembanga studi media massa. Bagi para praktisi komunikai, akan menggugah kesadaran baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik. sebab bagaimanapun, pesan tetap mempunyai dampak. Akan tetapi, pesan juga tidak serta merta diterima audience secara membabi buta. Artinya, ada banyak variabel yang ikut memengaruhii proses penerimaan pesan. Ini artinya efek dimiliki media massa, tetapi penerima efek itu juga dipengaruhi faktor lain (tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya). Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK
Komunikasi massa mempunyai efek itu tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud tiga hal: efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan), dan behavioral (perubahan pada perilaku). Dalam perkembangan komunikasi kontemporer saat ini, sebenarnya proses pengaruh (munculnya efek kognitif, afektif dan behavioral) tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain, ada beberapa faktor yang ikut memengaruhi proses penerimaan pesan. Jadi, pesan itu tidak langsung mengenai individu, tetapi “disaring”, dipikirkan, dan dipertimbangkan, apakah seseorang mau menerima pesan-pessan media massa itu atau tidak. Faktor-faktor inilah yang ikut menjadi penentu besar tidaknya faktor efek yang dilakukan media massa.
Ada dua faktor utama yang bisa didiskusikan yakni faktor individu dan faktor sosial.
1. Faktor Individu
Faktor individu yang ikut berpengaruh pada proses penerimaan pesan lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikologi. Seorang psikolog akan melihat bahwa faktor pribadi seseorang ikut menentukan proses efek yang terjadi. Sebagaimana dapat kita lihat dalam gambar dibawah ini, ada banyak faktor pribadi yang ikut memengaruhi proses komunikasi, antara lain selective attentin, selective perception, dan selective retention, motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian, dan penyesuaian diri.
2. Faktor Sosial
Seorang psikolog melihat faktor pribadi yang ikut memengaruhi efek media massa yang terjadi pada diri audience berbeda dengan seorang sosiolog. Sosiolog (karena memang basic dasar kajiannya adalah masyarakat) lebih melihat individu sebagai gejala sosial. Artinya, bagaimana individu tersebut berhubungan dengan orang lain (dalam kerangka yang lebih luas). Itu semua akan memengaruhi proses efek yang terjadi. Memang membedakan antara faktor individu dengan faktor sosial sangat sulit sebab batasannya sangat tipis sekali. Tetapi bukan berarti tidak bisa dibedakan.
PENUTUP
Jadi, dari paparan materi diatas dapat kita peroleh pengetahuan bahwa efek dari sebuah media massa itu pasti ada, akan tetapi bagaimana bentuk, dan wujud dari efek tersebut berbeda beda antara satu orang dengan orang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya perbedaan dalam perspektif yang digunakan, dan faktor-faktor yang ada pada audience, objek yang berhadapan langsung media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Izzati, Putri Iva, Teori Komunikasi Massa Mcquail, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2011).
Nurudin, M.Si., Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007).
Stamm, Keith R. dan John E. Bowes, Proses Komunikasi Massa, Sebuah tindakan dan Perspektif Sosial, (Bandung: Rosdakarya, 1999).
0 Response to "EFEK-EFEK KOMUNIKASI SOSIAL"
Post a Comment