MEMAHAMI KONSEP MEDIA DAKWAH

Jasa Penulisan Makalah - Tak diragukan lagi bahwa kehidupan manusia di abad ini tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada media, dunia dewasa ini dipenuhi oleh berbagai media sperti televisi, radio, film, surat kabar, majalah, buku serta  media lainnya yang semuanya bisa diakses kapan dan di mana saja, oleh siapa saja. Media menjadi suatu yang tak terelakkan sebagai produk peradaban modern. Ia bisa menemui siapa saja dan menyampaikan informasi baik yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.

Maka tidak heran jika ada upaya keras dari berbagai kalangan untuk menguasai media, sebut saja kalangan politisi, perindustrian, perdagangan dan termasuk didalamnya kalangan agamawan. Yang disebutkan terakhir ini ketika memasukkan “pesan dakwah” dalam selipan program suatu media menjadi menarik, sebab kehadiran  media dalam  kegiatan dakwah bukan tidak menanggung resiko, keberagaman institusi serta pemilik media, kepentingan ekonomi, informasi yang disajikan perikalanan, kehendak audiens, serta pesan dakwah bergumul satu sama lainnya saling berebut audiens di satu sisi, di sisi lain pesan dakwah –sebut saja amar ma’ruf dan nahi mungkar– bertabrakan dengan kebalikannya. Di satu sisi ada rayuan untuk menghemat, bersedekah dan berbuat baik, di sisi lain disajikan rayuan untuk memiliki, membeli –kadang suatu yang tak perlu, serta disajikan juga legitimasi atas kemungkaran,  maka media bagaikan “tong sampah” yang siap menampung apa saja, akhirnya yang hak dan yang bathil bergumul dalam suatu wadah yang disebut media. Aturan tentang fungsi media seperti edukasi, informasi dan hiburan nampaknya hanya sebatas aturan tanpa adanya kontrol yang tegas.

Memahami Konsep Media Dakwah
Kajian tentang media mulai dikembangkan sejak kemunculan media terutama media tv sekitar tahun 40 an,  kehadiran media yang satu ini membuat masyarakat terperangah dan mulai muncul berbagai kajian, terutama berkenaan dengan efek media terhadap prilaku masyarakat. Berbagai pendekatan dipakai dalam mengkaji media, seperti marxisme, empirisime, dan bahkan pluralism. Perkembangan dari kajian tersebut melahirkan berbagai teori media dengan segala slogan yang dimilikinya –tanpa mengindahkan berbagai dampak sosial– telah begitu kuat memompakan informasi-informasi kepada audien dengan “minat serta selera” audien sebagai sasaran utamanya.
Realitas ini terjadi karena teori tentang  media yang berlaku disandarkan pada kapitalisme dan materialisme, selain media bergeser menjadi industri yang harus menghasilkan uang semata, sisi ekonomi dan sisi idiologis media membuatnya menjadi mesin penghancur manusia alih-alih menjadi pembina sebagaiamana yang tertera dalam berbagai konstitusi.
Akibatnya konsep yang dikembangkan dikalangan pengelola media lebih mengarah pada konsep bisnis (ekonomi), ratting tertinggi dalam merebut audien dan bukan pada kwalitas isi yang berdampak pada pemilihan “gaya” dan program atau rubrikasi suatu media. Baca juga: Ekonomi Media.
Perubahan paradigmatik tentang media menjadi salah satu pilihan yang harus dilakukan dalam rangka  mengembalikan peran media pada fungsi yang sebenarnya; sebagai sarana pembangunan manusia. Persepsi tentang media harus dirubah dari persepsi bisnis menjadi persepsi edukasi. Sehingga apapun fungsi yang dimiliki media tetap dalam kerangka makro edukasi, dengan kata lain hiburannya bersifat edukatif dan informasinya juga edukatif demikian juga info komersialnya.
Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampai informasi kepada halayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesan-pesan dakwah Islam. Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan media tradisional, seperti melalui ceramah dan pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan media-media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih mengena sasaran.

   B.     Konsep Media
Dalam komunikasi, media (jamak dari medium) adalah alat untuk menyimpan dan menyampaikan informasi atau data untuk keperluan tertentu. Dengan demikian, secara konsep yang dimaksud dengan media adalah berbagai alat yang dapat digunakan untuk menyimpan dan menyampaikan informasi, sperti buku, alat perekam, surat kabar majalah, bahkan sampai pada jaringan komputer yang sekarang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.[2]
Yang dimaksud media dalam pembahasan ini adalah media massa dalam kerangka Ilmu Komunikasi, yaitu suatu alat yang memungkinkan untuk membawa pesan bukan saja dari satu orang kepada yang lainnya  seperti telepone  atau telegrap, tapi lebih dari itu suatu medium  yang berlaku secara massal  dan dapat membawa  pesan dari seseorang  kepada ribuan  atau jutaan orang sekaligus.
Sedikitnya ada enam (6) media yang dimaksud pembahasan ini  yaitu tiga media cetak; surat kabar, majalah dan buku, serta tiga media elektronik; televisi, radio dan film. Namun  sekarang –sejak tahun 1997an– bisa ditambahkan lagi dua media elektronik yaitu internet dan telepone seluler.

   C.    Media Dakwah
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.[3] Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Baca juga: Efek-efek Komunikasi Sosial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut:
1.      Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
2.      Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3.      Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4.      Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5.      Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6.      Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7.      Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.

   D.    Pembagian Media Dakwah
Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk dapat menerima dakwah. Berdasarkan banyaknya komunikan yang menjadi sasaran dakwah, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa.[4]
1.      Media Massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi dakwah.
Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi media masa sangat efektif dalam mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang banyak.

2.      Media Nonmassa
Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS, telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail, dan lain-lain. Semua itu dikategorikan karena tidak mengandung nilai keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal.
Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media massa telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi yang dilakukan manusia dalam berbagai hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan adalah dalam komunikasi dakwah massa. Media yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan sesuatu dalam dakwah, secara terperinci, Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi lima:[5]
a.       Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
b.       Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.
c.       Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d.      Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, ohap, internet, dan sebagainya.
e.       Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.
Sedangkan jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah, dibagi menjadi tiga golongan yaitu:[6]
a.       The spoken words (berbentuk ucapan)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang mengeluarkan bunyi. Karena hanya dapat ditampak oleh telinga dan biasa disebut dengan the audial media da dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti telepon, radio dan lain-lain.
b.      The printed writing (yang berbentuk tulisan)
Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosure, pamphlet, dan sebagainya.
c.       The audio visual (berbentuk gambar hidup)
Yaitu merupakan penggabungan dari kedua golongan diatas, yang termasuk dalam kategori ini adalah film, video, DVD, CD, dan sebagainya.
Disamping penggolongan wasilah diatas, wasilah dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:[7]
a.     Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisonal dipentaskan didepan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, lenong dan sebagainya.
b.     Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televise, radio, pers dan sebagainya.

   E.     Benda Sebagai Media Dakwah
Secara umum, media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan menjadi empat:
1.      Media Visual
Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang termasuk dalam media ini diantaranya yaitu:
a.   Film Slide
Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang telah deprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui proyektor yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan dari film slide ini adalah mampu memberikan gambaran yang cukup jelas kepada audiensi tentang informasi yang disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat dipakai berulang-ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa untuk membuat program melalui film slide diperlukan dalam bidan fotografy dan grafis. Selain itu juga diperlukan ruangan khusus dengan menggunakan aliran listrik.
b.  Overhead Proyektor (OHP)
OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan program kedalam screen dari program yang telah disiapkan melalui plastic transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk menyampaikan materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya. Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun sesuai dengan selera da’i dan apalagi jika diwarnai dengan seni grafis yang menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ruangan khusus yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i dalam mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.
c.   Gambar dan Foto
Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering dijumpai dimana-mana, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup menarik seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam perkembangannya gambar danfoto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal ini, gambar dan foto yang memuat informasi atau pesan yang sesuai dengan materi dakwah. Seorang da’i yang inovatif tentu akan mampu memanfaatkan gambar dan foto untuk kepentingan dakwah dengan efektif dan efisien. Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara dakwah dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar, atau majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto langsung. Biaya tidak terlalu mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak bergantung kepada berkumpulnya komunikan. Kelemahannya, seorang da’i tidak dapat memonitor langsung keberhasilan dakwah, salian itu juga menuntut da’i untuk kreatif dan inovatif.
2.      Media Audio
Media audio adalah alat yag dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran.
a.       Radio
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan demikian dakwah akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsure yang ada padanya yakni music, kata-kata dan efek suara.
b.      Tape Recorder
Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam suara kedalam pita kaset dan dari pita kaset yang telah berisi rekaman suara dapat diplay back dalam bentuk suara. Dakwah dengan tape recorder ini relative mengahabiskan biaya yang murah dan dapat disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Disamping itu da’i juga dapat merekam program dakwahnya disuatu tempat dan hasil rekamannya dapat disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.
3.      Media Audio Visual
Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsure gambar dan suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi.
a.       Televisi
Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk melihat televise. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam. Program-program siaran dakwah yang dilakukan hendaknya mengenai sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan pengetahuandan aktifitas beragama melalui program-program siaran yang disiarkan melalui televisi.[8]
b.      Film
Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi dakwah adalah naskahnya, diikuti skenario, shooting dan actingnya. Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang lama membuat film sebagai media dakwah. Karena disamping prosedur dan prosesnya lama dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar. Namun dengan media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan. Disamping itu, secara psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.
c.       Internet
Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan wilayah, cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid mengatakan “Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka umat Islam tidak perlu menghindari internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam sendiri yang akan rugi. Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga menyediakan informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk bekerja.[9]
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan dakwah, maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.
4.      Media Cetak
Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media ini sudah lama dikenal dan mudah dijumpai dimana-mana.
a.       Buku
Para ulama salaf telah mempergunakan media buku sebagai media dakwah yang efektif. Bahkan buku-buku dapat bertahan lama, dan menjangkau masyarakat secara luas menembus ruang dan waktu. Para da’i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan namanya dengan menulis dan mengarang buku sebagai kegiatan dakwahnya. Seperti halnya Imam Al-Ghazali menulis Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-lain.
b.      Surat kabar
Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat berbagai jenis berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya karena jika terlambat beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da’i menulis rubrik di surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.
c.       Majalah
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai cirri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang dai’I dapat memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang berhubungan dengan dakwah Islam.

   F.      KESIMPULAN
Ketika dihubungan dengan Islam maka permasalahan fungsi dan peran media massa tersebut tentu saja akan berhubungan dengan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Bagaimana Islam memandang komunikasi lalu ketika komunikasi itu dihubungkan dengan publik, format komunikasi seperti apa yang  layak disajikan dalam pandangan Islam. Katakanlah empat fungsi dan peran media tersebut; informasi, edukasi, hiburan dan mempengaruhi, ketika dihadapkan dengan Islam maka akan terungkap permasalahan: pertama bagamaimana konsep informasi menurut Islam, kedua, konsep edukasi menurut Islam, ketiga konsep hiburan dalam pandangan Islam, serta keempat konsep mempengaruhi menurut Islam.
Tentang informasi, tentu akan didaptkan kaidah-kaidah Islam tentang pemberian informasi, sensor informasi dan kewajiban informasi. Demikian juga dengan prinsip edukasi, apa yang harus disampaikan dan bagaimana cara menyampaikan pesan edukasi tersebut. Pertanyaan berikutnya juga akan muncul sekitar hiburan, sebagaimana namanya hiburan mesti berfungsi untuk menghibur, bagaimana bentuk hiburan dalam pandangan Islam, aspek-aspek kebolehan yang dinyatakan layak menurut ajaran Islam termasuk di dalamnya. Fungsi mempemngaruhi, pengaruh apa yang diharapkan dari sebuah “pesan” yang diproduksi untuk disampaikan kepada publik menjadi pertanyaan yang patut diajukan dalam konteks ini.
Media (wasilah) dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Dengan banyaknya media yang ada, maka seorang da’i harus memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Bentuk-bentuk media dakwah terbagi menjadi dua, yaitu media massa dan media nonmassa. Jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah maka media itu terbagi kedalam tiga golongan, yakni yang berbentuk ucapan, tulisan, dan yang berbentuk gambar hidup. Sedangkan bila dilihat dari segi sifatnya, maka wasilah dakwah itu dibedakan menjadi wasilah tradisional dan wasilah modern. Disamping itu juga terdapat beberapa benda yang secara umum digunakan sebagai media dakwah. Pertama, yaitu media visual misalnya film slide, OHP, dan gambar (foto). Kedua, yaitu media audio seperti radio dan tape recorder. Ketiga, yakni media audio visual misalnya televise, internet, dan film. Dan yang terakhir yaitu media cetak seperti halnya surat kabar, buku dan majalah.
 
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Faizal Noor, Henry. Ekonomi Media. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.



[1] Henry Faizal Noor, Ekonomi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 12.
[2] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 113.
[3] Moh. Ali Aziz , Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), 120.
[4] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ….. 105.
[5] Moh. Ali Aziz , …..120.
[6] Ibid., 121.
[7] Ibid, 149.
[8] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hal. 121.
[9]  Moh. Ali Aziz , Ilmu Dakwah ……156.

0 Response to "MEMAHAMI KONSEP MEDIA DAKWAH"

Post a Comment