Jasa Penulisan Makalah - Secara sederhana istilah kurikulum digunakan
untuk menunjukkan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian ini sejalan
dengan pendapat Crow yang mengatakan
bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran
yang disusun secara sistematik yang
diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu progam pendidikan. [1]
Secara harfiah, kata "kurikulum" berasal dari bahasa
Latin yaitu "a little racecourse" (suatu jarak yang harus
ditempuh dalam pertandingan oleh raga), yang kemudian dialihkan ke dalam
pengertian pendidikan menjadi "circle of intructurtio" yaitu suatu
lingkungan pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya[2]. Baca juga: Kata dan jenis-jenis kata.
Menurut istilah,
kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu[3].
kurikulum adalah faktor
yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan
islam. segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak
didik harus ditetapkan dalam kurikulum itu. juga segala hal yang harus
diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya, harus dijabarkan didalam
kurikulum. Dengan demikian, dalam
kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus
terjadi dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan anak
didik. jadi kurikulum menggambarkan kegiatan belajar-mengajar dalam suatu
lembaga kependidikan[4].
![]() |
Kurikulum |
Dari sekian banyak pendapat para ahli yang
telah kita baca, dapat disimpulkan bahwasannya kurikulum mempunyai arti program
yang telah direncanakan yang harus dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah
disepakati. Sehingga jika kita mencoba untuk mengaitkan antara pengertian
kurikulum dan pendidikan islam, bahwasannya kurikulum pendidikan islam adalah
suatu kurikulum yang didasari oleh nilai-nilai agama islam artinya suatu
program pendidikan yang disusun dan dilaksanakan untuk memperoleh tujuan akhir
pendidikan yaitu manusia dewasa yang mukmin atau muslim, muhsin, muhlisin, dan
muttaqin. Seperti yang telah tercantum dalam firman Alloh surat Ali Imron ayat
102.
1. Hakikat kurikulum pendidikan
Konsep
dasar kurikulum sebernarnya tidaklah sederhana, tapi kurikulum dapat
diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam
pengertian sebagai berikut ini:
1. Kurikulum sebagai progam prodi
Pengertianya adalah seperangkat mata pelajaran yang mampu
dipelajari oleh anak didik di sekolah atau instansi pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai konten
Pengertianya adalah data atau
informasi yang tertera dalam buku-buku
kelas tanpa dilengkapi dengan dengan
data atau informasi lain yang
memungkinkan timbulnya belajar
3. Kurikulum sebagai kegitan berencana
Pengertianmya adalah kegiatan yang
direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan
berhasil.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar
Pengertianya adalah seperangkat tujuan yang
utuh untuk memperoleh suatu hasil
tertentu tanpa mengspesifikasi cara-cara yang dituju untuk
memperoleh hasil itu, atau hasil seperangkat hasil belajar yang direncanakan
dan diinginkan
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural
Pengertiannya adalah transfer dan refleksi
butir – butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak
generasi muda masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang
direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
7. Kurikulum sebagai produksi
Pengertiannya adalah seperangkat tugas yang
harus dilakukan untuk mencapai hasil
yang ditetapkan terlebih dahulu.[5]
Setelah membaca uraian di atas, ternyata peran
kurikulum memang tidaklah sederhana. Sebenarnya masih banyak lagi peran ataupun
hakikat dari kurikulum yang tidak dapat di cantumkan. Baca juga: Proposisi dan Oposisi.
2. Komponen kurikulum
Komponen dalam hal ini dapat diartikan sebagai bagian-bagian dari
kurikulum. Menurut Dr. Zakiah Daradjat, komponen kurikulum mengandung tiga unsur,
yaitu 1. tujuan, 2. isi, dan 3. organisasi atau strategi.
i)
Tujuan
kurikulum
Ada dua jenis tujuan yang terkandung didalam kurikulum
suatu sekolah, yaitu :
a.
Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan
Biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mereka
menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
b.
Tujuan
yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi
Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam suatu kurikulum
ada yang disebut tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan
instruktusional, dimana tujuan instruktusional merupakan penjabaran dari tujuan
kurikuler.
ii)
Isi kurikulum
Isi kurikulum dalam sekolah dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Jenis-jenis bidang studi yang diajarkan
Jenis-jenis tersebut dapat digolongkan kedalam isi
kurikulum dan ditetapkan atas dasar tujuan ynag ingin dicapai oleh sekolah yang
bersangkutan, yaitu tujuan intutisional.
b. Isi program setiap bidang studi
Bahan pengajaran dari setiap bidang studi termasuk
kedalam pengertian isi kurikulum, yang biasanya diuraikan dalam bentuk pokok
bahasan yang dilengkapi dengan sub pokok bahasan.[6]
iii) Organisasi dan strategi
Dalam hal ini organisasi dapat diartikan sebagai susunan
(struktur) program suatu kurikulum. Ada dua jenis susunan dalam kurikulum,
yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal.
Struktur
horizontal berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk:
a. Mata-mata pelajaran secara terpisah
b. Bidang studi yaitu kelompok-kelompok mata pelajaran.
c. Kesatuan program tanpa mengenal mata pelajaran maupun bidang studi.
Struktur vertikal berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum tersebut, atau
bisa dikatakan sebagai sistem kurikulum, yang terdiri atas :
a. Sistem kelas, dimana kenaikan kelas dilakukan secara serempak, disetiap
tahun.
b. Sistem tanpa kelas, dimana kenaikan kelas dapat dilakukan setiap waktu
tanpa harus menunggu teman-teman yang lain.
c. Kombinasi antara sistem kelas dan sistem tanpa kelas.
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, cara didalam mengadakan penilaian, cara dalam
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah
secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Ahmad
Tafsir, suatu kurikulum terdiri atas komponen-komponen : 1.tujuan 2. isi 3. metode
atau proses belajar mengajar, dan 4. evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum sebenarnya
saling berkaitan, bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum
tersebut[7].
Jika kita lihat dari kedua pendapat tersebut terdapat sedikit perbedaan,
yaitu evaluasi. hal ini diperlukan untuk memperbaiki kurikulum jika terjadi
suatu kesalahan dan menyempurnakannya agar menjadi lebih baik. Evaluasi
pendidikan islam tidak hanya diukur dengan alat test tulis, melainkan dapat
dilihat dari segi performance akhlak dan tindakannya.
3. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip
pengembangan kurikulum pendidikan islam pastinya tidak lepas dari sumber pokok
ajaran agama islam yaitu Al-quran dan Al-hadits. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arifin, prinsip kurikulum dalam pendidikan Islam menghendaki adanya keterkaitan
antara kurikulum dengan sumber pokok agama Islam, yaitu Alquran dan hadis di
mana pun dan kapan pun pendidikan itu berlangsung.
Dalam usaha
mengembangkan kurikulum, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Prinsip Relevansi
Secara umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan
sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan
dengan tuntutan kehidupan.
Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat
ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1.
Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid
Dalam
menetapkan bahan pendidikan yaang akan diajarkan, hendaknya dipertimbangkan
sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar
murid.
2.
Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa
sekarang dan masa yang akan datang. Di samping mempertimbangkan lingkungan
hidup murid, perlu diperhatikan pula perkembangan yang terjadi didalam dalam
kehidupan di masa sekarang maupun dimasa
yang akan datang.
3.
Relevansi dengan tuntutan dalam dunia
pekerjaan.
Disamping relevansi dari segi isi pendidikan , tidak
kalah pentingnya juga adalah relevansi
dari segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi dari segi kegiatan belajar ini
sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam menghadapi tuntutan dari dunia
pekerjaan.
b. Prinsip efektifitas
Efektifitas dalam suatu kegiatanberkenaan
dengan sejauh mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana
atau tercapai.
Di dalam pendidikan , efektifitas ini dapat
kita tinjau dari dua segi, yaitu :
1. Efektifitas mengajar guru, terutama menyangkut sejauh mana jenis- jenis
kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Efektifitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan
pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar
yang ditempuh.
c. Prinsip efisiensi
Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan
perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan usaha yang telah
dikeluarkan (input).
Dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan
pada umumnya, prinsip efisiensi ini perlu sekali diperhatikan, baik efisiensi
dalam segi waktu, tenaga, peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi
dalam segi biaya.
d. Prinsip kesinambungan
Dengan kesinambungan di sini dimaksudkan
adalah saling hubungan atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis
progam pendidikan.
1. Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah.
Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada
tingkat sekolah yang sebelumnya. Bahan-bahan pelajaran yang sudah diajarkan
pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada tingkat
sekolah yang lebih tinngi.
2. Kesinambungan antara berbagai bidang studi.
Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering
mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan
dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar
hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.
e. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas di sini dimaksudkan adalah tidak
kaku, artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di
dalam bertindak. Fleksibilitas di sini meliputi dua hal yaitu:
1. Fleksibilitas dalam memilih progam pendidikan.
Fleksibilitas ini dapat diwujudkan dalam bentuk pengadaan
progam-progam pilihan yang dapat berbentuk jurusan, progam spesialisasi,
ataupun progam-progam pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas
dasar kemampuan dan minatnya.
2. Fleksibilitas dalam mengembangkan progam pengajaran.
Fleksibilitas ini dapat diwujudkan antara lain dalam
bentuk memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan sendiri
progam-progam pengajaran dengan berpegang pada tujuan dan bahan pengajaran di
dalam kurikulum yang masih agak bersifat umum.[8]
4. Asas Kurikulum pendidikan islam
Secara umum, dapat dikatakan bahwa penyusunan kurikulum
harus berdasarkan asas tertentu. Menurut Nasution (199:1-14), Pertama,
asas filsafat berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan Islam sehingga
susunan kurikulum mengandung kebenaran; kedua, asas sosiologi berperan
untuk memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai
dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; ketiga, asas organisatoris berfungsi untuk memberikan dasar
dalam bentuk bagaimanan bahan pelajaran itu disusun dan penentuan luas urutan
mata pelajaran; dan keempat, asas psikologi tentang perkembangan anak
didik dalam berbagai aspek, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat
dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.[9]
Hendaknya kurikulum memiliki empat asas
tersebut, supaya dapat menjadi kurikulum yang benar-benar tepat dan ideal jika
diterapkan dalam proses pendidikan.
5. Ciri Kurikulum pendidikan islam
Segala sesuatu
pastinya mempunyai ciri-ciri tersendiri, begitu pula kurikulum pendidikan
islam. Hal inilah yang membedakan kurikulum pendidikan islam dengan kurikulum-kurilkulum
yang lainnya.
Menurut Omar Muhammad al-Taomy al-Syaibani menyebutkan
bahwa kurikulum pendidikan islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada semua tujuannya.
2.
Meluas cakupannya dan menyluruh kandungannya, yaitu
kurikulum yang mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh.
Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan bimbingan dan
pengembangan terhadap segala aspek pribadi dari pelajar dari segi intelektual,
psikologis, sosial, dan spiritual.
3.
Bersikap seimbang diantara segala ilmuyang dikandung
dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara
pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial.
4.
Bersifat menyeluruh dalam seluruh mata pelajaran yang
diperlukan oleh anak didik.
5.
Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat
dan bahkan anak didik.[10]
Ciri-ciri yang paling menonjol dari kurikulum pendidikan
islam adalah kurikulum tersebut menonjolkan nilai-nilai islam dalam perencanaan
dan penerpannya. Pastinya kurikulum tersebut mempunyai tujuan yang sama dengan
ajaran islam yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa.
6.
Kurikulum Pendidikan islam
Jika ditinjau dari segi mata pelajaran (kurikulum) yang di ajarkan kepada
peserta didik, al-Qabisi membagi kurikulum menjadi dua bagian :
1.
Kurikulum ijbari
Secara harfiyah berarti kurikulum (mata pelajaran) yang merupakan keharusan
atau kewajiban bagi setiap anak, kurikulum model ini terdiri dari kandungan
ayat-ayat Al-quran.
2.
Kurikulum ikhtiyari
Kurikulum ini berisi ilmu hitung dan seluruh ilmu-ilmu eksakta yang
lainnya.[11]
Dapat disimpulkan bahwasannya
dalam kurikulum islam semua aspek mata pelajaran baik itu yang bersifat agama
atau yang bersifat umum, keduanya haruslah dipelajari semuanya, karena tugas
manusia itu ada dua yaitu berhubungan dengan Tuhan dan berhubungan dengan
manusia. Dengan mempelajari keduanya diharapkan dapat melakukan hubungan yang
baik diantara manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan manusia.
7.
Model Kurikulum
Pendidikan Islam Ideal
Untuk mencapai tujuan ideal
pendidikan Islam secara universameta pelajaran, maka
diperlukan adanya perencanaan bahan pelajaran dalam kurikulum yang diyakini
sesuai dengan kebutuhan individual anak. Jika dilihat dari karakateristiknya,
maka kurikulum pendidikan Islam ideal adalah:
- lebih menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak, di mana akhlak tersebut diambil dari Alquran dan hadis serta keteladanan para tokoh yang shaleh terdahulu.
- Memperhatikan pengembangan seluruh aspek akal, jasmani dan rohani.
- Memperhatikan keseimbangan antara individu dan masyarakat, dunia dan akhirat.
- Memuat metode yang elastis, sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi dan lingkungan di mana kurikulum tersebut diterapkan.
- Memuat unsur-unsur yang sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak serta perilaku Islami.[12]
Intinya kurikulum pendidikan islam lebih memusatkan pengajaran mengenai
agama dan akhlak pada anak didik, hal ini sesuai dengan tujuan diutusnya
Rosululloh yaitu bertujuan untuk menyempurnakan agama dan akhlak manusia.
Daftar pustaka
Arifin, Muhammad. 1996. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata,
Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan islam. Jakarta: Kencana.
[1] Dr.Jamali
sahrodi,dkk, Membedah Nalar Pendidikan
Islam,(Cirebon: Pustaka Rihlah,2005),hal.24
[2]
Prof.H.M.Arifin,M.Ed, Filsafat Pendidikan
Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara,1996), hal.85
[3] Dr.Zakiah
daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara,2006),hal.122
[4] ibid, hal. 84
[7] Opcit, hal.
130
[9] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/12/makalah-kebijakan-kurikulum-pendidikan.html di akses pada tanggal 27 Maret 2013 Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam.
[10] Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Ilmu Pendidikan
Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.133
[11] Opcit, hal.27
[12] http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/12/makalah-kebijakan-kurikulum
pendidikan.html diakses pada tanggal 27 Maret 2013.
0 Response to "PENGERTIAN KURIKULUM"
Post a Comment